Empat mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) berhasil
mengembangkan sebuah produk inovatif yang berasal dari lumpur Lapindo Sidoarjo
berupa baterai kering. Keempat mahasiswa tersebut yakni Aji Christian Bani
Adam, Umarudin, Oki Prisnawan Dani dan Yoga Pratama yang berhasil meraih Juara
II Technopreneurship Kemenristek 2012.
Karya
mereka diberi nama Lusi Cell Battery, nama Lusi sendiri diambil dari kata
Lumpur Sidoarjo. "Sebagian besar orang menganggap keberadaan lumpur
lapindo sebagai bencana, kami mencoba mengambil sisi positif dari bencana yang
terjadi," ungkap mahasiswa jurusan kimia, Aji, Senin (6/8/2012).
Ia
mengatakan, kadar garam yang cukup tinggi ditambah dengan sejumlah kandungan
logam seperti seng, natrium, lantanida, merkuri, timbal dan lainnya menjadi
alasan mereka membuat produk inovatif tersebut.
"Logam
yang terkandung dalam lumpur lapindo ini merupakan bahan-bahan yang digunakan
dalam baterai kering," tambahnya.
Penelitian
hingga pembuatan produk yang dilakukan ungkapnya membutuhkan waktu sekitar 7
bulan sejak Desember 2011. Dalam melakukan penelitian tersebut, mereka mengaku
rela untuk bolak-kalik Semarang-Sidoarjo. Namun segala capek tidak begitu
dirasakan setelah karyanya diakui dan berhasil menyabet juara II Lomba
Technopreneurship Kementerian Riset dan Teknologi Tahun 2012, yang digelar di
Graha Widya Puspiptek Serpong, 9-21 Juli lalu.
Ia
menjelaskan, baterai kering ini diproduksi dengan konsep baterai primer atau
sekali pakai seperti yang sering digunakan di masyarakat. Pengolahan lumpur
lapindo menjadi baterai tersebut melalui proses ekstraksi pada logam yang
dikandung pada lumpur dan dikomposisikan dengan bahan kimia lainnya.
Hasil
ekstraksi kemudian diolah menjadi sel kering yang kemudian dimasukkan dalam
selongsong baterai. "Ekstraksinya butuh waktu satu hari tetapi pas
memasukkan ke selongsong lebih cepat hanya sekitar 10-15 menit saja, sedangkan
untuk selongsongnya kami masih memanfaatkan selongsong bekas," ujarnya.
Berdasarkan
uji yang dilakukan oleh tim tersebut, baterai ini justru memiliki kekuatan 10
persen lebih lama dibanding baterai pada umumnya. Pengujian tersebut dilakukan
pada sebuah senter dengan durasi waktu lima jam.
Selain
baterai, Aji mengaku akan memanfaatkan lumpur menjadi aki kering dan saat ini
masih dalam tahap penelitian.
Baterai
yang sangat bermanfaat dan banyak digunakan oleh masyarakat ini juga dijual
dengan harga murah yakni Rp 3.000 per bijinya. Namun jika membeli satu pak
hanya seharga Rp 10 ribu berisi 4 buah baterai.
Sekali
pembuatan baterai mereka mambutuhkan 2 kilogram lumpur untuk dijadikan 80 buah
baterai. "Penjualan akan kami lakukan saat perayaan Hari Teknologi
Nasional (Harteknas) di Bandung tanggal 8-11 Agustus , dan hasilnya akan
diwujudkan dalam bentuk beras untuk diberikan pada korban lumpur,"
ungkapnya yang juga berencana akan mematenkan produk tersebut.
Aji
berharap produk ini bisa diterima di masyarakat sehingga bisa mengajak korban
lumpur lapindo untuk membuat baterai agar para korban mendapatkan pekerjaan dan
penghasilan.
Sementara
itu, Pembantu Rektor III Unnes, Masrukhi mengaku sangat bangga dengan prestasi
yang diraih mahasiswanya. Ia berharap prestasi ini bisa memotivasi mahasiswa
lain untuk bisa berkarya dan berguna bagi masyarakat luas.
wah ternyata begitu ya tentang baterai bekas disulap, keren ya gan wkwkwk
BalasHapus