Orangtua yang terlalu
protektif dan terus menerus memantau perkembangan anak mereka dikenal dengan
orangtua helikopter. Orangtua tipe ini bisa membuat anak menjadi lebih cemas
dengan bertambahnya usia.
Demikian hasil penelitian di Australia yang diterbitkan journalPLOS One.
Temuan ini berasal dari penelitian 200 anak-anak di Universitas Macquarie Sydney. Anak-anak awalnya dinilai ketika mereka di usia prasekolah (tiga atau empat tahun) dan diteliti lagi lima tahun kemudian. Anak-anak selanjutnya diminta menyelesaikan serangkaian teka-teki dan tugas pidato, Rabu (22/8).
Para ibu anak-anak itu diminta hanya menolong mereka ketika anak-anak membutuhkannya. Interaksi selanjutnya diamati untuk menentukan seberapa sering orangtua menolong dengan memberikan jawaban atau mengarahkan kegiatan anak mereka. Ibu juga diminta membuat laporan sendiri dan bagaimana perilaku anak mereka dalam menanggapi pernyataan seperti "saya menentukan dengan siapa anak saya bermain dan saya memakaikan baju meski anak saya bisa melakukannya sendiri."
"Temuan yang paling menarik adalah prediktor terkuat dari kecemasan anak usia sembilan tahun yakni pada usia empat tahun," kata pemimpin studi Profesor Jennifer Hudson dari Pusat Kesehatan Emosional di Universitas.
Menurutnya, temuan itu menunjukkan anak-anak yang menunjukkan tanda-tanda kecemasan cenderung saat usia prasekolah memiliki ibu yang terlalu sering membantu.
"Temuan kami secara keseluruhan juga menunjukkan bahwa anak-anak prasekolah dengan ibu yang terlalu terlibat atau protektif lebih mungkin didiagnosa dengan kecemasan pada usia pertengahan," tambahnya.
Anak-anak yang memiliki ibu yang pencemas dan depresi juga menempatkan risiko lebih tinggi bagi anak mereka yang masih kecil ikut menjadi cemas.
"Orangtua bisa membimbing reaksi anak mereka terhadap situasi dengan mencontohkan perilaku yang berani," kata Hudson.
Misalnya, pertama kalinya seorang anak bertemu dengan seekor anjing, jika ibu takut dia mengirimkan informasi ini kepada anak."Sebaliknya (orangtua harus) buang rasa cemas dan mendorong perilaku berani," katanya.
Hudson menjelaskan, studi ini tidak bermaksud untuk membuat orangtua cemas bahkan lebih peduli, melainkan dimaksudkan untuk mengidentifikasi faktor risiko berkembangnya rasa cemas pada anak-anak dan lebih bijak dalam mengelola ketakutan mereka.
"Itu wajar jika orang dewasa ingin membantu anak-anak yang pemalu, tertekan, atau gugup," katanya.
"Pada penelitian lainnya terhadap anak-anak yang lebih besar telah menunjukkan bahwa ketika orangtua dari anak-anak percaya diri diminta bertukar tempat dengan orangtua dari anak-anak pencemas dan melakukan tugas-tugas, orangtua yang anaknya percaya diri memberi banyak bantuan kepada anak cemas dibandingkan anak mereka sendiri."
"Ada sesuatu di dalam perilaku anak yang membawa naluri perlindungan orangtua keluar."
Para peneliti rencananya kembali mengukur kemajuan anak-anak lagi ketika mereka berusia 12 tahun
Demikian hasil penelitian di Australia yang diterbitkan journalPLOS One.
Temuan ini berasal dari penelitian 200 anak-anak di Universitas Macquarie Sydney. Anak-anak awalnya dinilai ketika mereka di usia prasekolah (tiga atau empat tahun) dan diteliti lagi lima tahun kemudian. Anak-anak selanjutnya diminta menyelesaikan serangkaian teka-teki dan tugas pidato, Rabu (22/8).
Para ibu anak-anak itu diminta hanya menolong mereka ketika anak-anak membutuhkannya. Interaksi selanjutnya diamati untuk menentukan seberapa sering orangtua menolong dengan memberikan jawaban atau mengarahkan kegiatan anak mereka. Ibu juga diminta membuat laporan sendiri dan bagaimana perilaku anak mereka dalam menanggapi pernyataan seperti "saya menentukan dengan siapa anak saya bermain dan saya memakaikan baju meski anak saya bisa melakukannya sendiri."
"Temuan yang paling menarik adalah prediktor terkuat dari kecemasan anak usia sembilan tahun yakni pada usia empat tahun," kata pemimpin studi Profesor Jennifer Hudson dari Pusat Kesehatan Emosional di Universitas.
Menurutnya, temuan itu menunjukkan anak-anak yang menunjukkan tanda-tanda kecemasan cenderung saat usia prasekolah memiliki ibu yang terlalu sering membantu.
"Temuan kami secara keseluruhan juga menunjukkan bahwa anak-anak prasekolah dengan ibu yang terlalu terlibat atau protektif lebih mungkin didiagnosa dengan kecemasan pada usia pertengahan," tambahnya.
Anak-anak yang memiliki ibu yang pencemas dan depresi juga menempatkan risiko lebih tinggi bagi anak mereka yang masih kecil ikut menjadi cemas.
"Orangtua bisa membimbing reaksi anak mereka terhadap situasi dengan mencontohkan perilaku yang berani," kata Hudson.
Misalnya, pertama kalinya seorang anak bertemu dengan seekor anjing, jika ibu takut dia mengirimkan informasi ini kepada anak."Sebaliknya (orangtua harus) buang rasa cemas dan mendorong perilaku berani," katanya.
Hudson menjelaskan, studi ini tidak bermaksud untuk membuat orangtua cemas bahkan lebih peduli, melainkan dimaksudkan untuk mengidentifikasi faktor risiko berkembangnya rasa cemas pada anak-anak dan lebih bijak dalam mengelola ketakutan mereka.
"Itu wajar jika orang dewasa ingin membantu anak-anak yang pemalu, tertekan, atau gugup," katanya.
"Pada penelitian lainnya terhadap anak-anak yang lebih besar telah menunjukkan bahwa ketika orangtua dari anak-anak percaya diri diminta bertukar tempat dengan orangtua dari anak-anak pencemas dan melakukan tugas-tugas, orangtua yang anaknya percaya diri memberi banyak bantuan kepada anak cemas dibandingkan anak mereka sendiri."
"Ada sesuatu di dalam perilaku anak yang membawa naluri perlindungan orangtua keluar."
Para peneliti rencananya kembali mengukur kemajuan anak-anak lagi ketika mereka berusia 12 tahun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar