Dalam mendidik anak, kita sering kali terjebak
pada definisi memanjakan atau mengajar dengan tegas. Sebenarnya, porsi antara
keduanya harus seimbang. Karena jika anak terlalu manja atau kaku kepada orang
tuanya, justru membuat anak tidak percaya diri.
Lalu kebiasaan apa saja yang biasa kita
lakukan ketika menghadapi anak yang tanpa disadari telah membuat anak-anak
menjadi tidak mandiri?
Membiarkan anak menangis sebagai cara untuk
tidak selalu terpengaruh bujuk rayu anak.
Ini adalah cara yang kurang bijak, karena beberapa psikolog
percaya bahwa tangisan pada anak adalah “bahasa” mereka untuk meminta maaf.
Tapi ada sebagian anak juga yang “memaksakan” kehendaknya dengan menangis
sejadi-jadinya. Untuk itu, setiap kali anak menangis cobalah untuk
menenangkannya dan ajak berbicara apa yang mereka inginkan. Lalu berikan
penjelasan atas keputusan yang diambil.
Selalu memarahi anak ketika mereka berbuat
salah.
Tidak ada kata selain
sabar untuk mengembalikan kita pada cara mendidik anak yang bijak. Karena
anak-anak akan selalu melakukan kesalahan, sama seperti orang tua. Yang dapat
kita lakukan adalah, memberitahu mereka bahwa setiap kesalahan harus disikapi
dengan tanggung jawab. Tanggung jawab adalah keadaan dimana anak-anak
mengetahui untuk tidak mengulangi kesalahannya lagi.
Terlalu kaku ketika berbicara dengan anak agar
anak menangkap aura ketegasan dari kita.
Ini bukanlah satu-satunya cara memberi tahu kepada anak
pentingnya memiliki ketegasan sikap. Jika kita terlalu kaku, anak-anak akan
merasa tidak nyaman setiap kali berdekatan dengan kita.
Over protektif sebagai wujud rasa sayang.
Psikolog Robert Brooks menjelaskan, orang tua
memang seharusnya melindungi anaknya tapi bukan berarti “menyelamatkan” mereka
dari kesalahan yang dilakukan. Menurut penulis buku Raising
Resilient Children ini,
anak justru harus disadarkan bahwa selain keberhasilan ada juga kegagalan.
“Bagaimana anak belajar untuk keluar dari kegagalan, itu lebih penting dari
keberhasilan.”
Membanggakan anak berlebihan.
Ini akan membuat anak menjadi terlalu percaya
diri yang nantinya membuat mereka meremehkan orang sekitar saat terlibat dalam
kerja tim.
Memberikan makanan-makanan siap saji terlalu
sering.
Jika kita membiasakan
anak untuk menyukai makanan-makanan tidak sehat maka masa pertumbuhannya juga
menjadi tidak optimal. Sajikanlah makanan-makanan sehat dengan menarik sebagai
cemilan. Makanan sehat tidak hanya bermanfaat bagi sistem kekebalan tubuhnya
tapi juga membangun “jaringan” otak yang canggih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar