Penelitian terhadap otak
tikus di dalam laboratorium ternyata bisa menjelaskan kepada kita tentang rasa
mual, sensasi yang umum tapi kurang dipahami. "Kami tahu tentang reflek
muntah. Tetapi pengalaman tentang mual adalah sesuatu yang masih sedikit kita
ketahui," kata Linda Parker, psikolog Universitas Guelph.
Dengan mempelajari pikiran tikus, Parker dan teman-temannya menemukan mekanisme pada otak tikus yang bertanggung jawab untuk rasa mual. Meskipun tikus-tikus ini tidak muntah, mereka memiliki reaksi jijik yang dinamakangaping. Ini terjadi ketika mereka mencicipi makanan yang pernah membuat sakit di masa lalu.
Dalam studi yang dipublikasi pekan ini dalamJournal of Neuroscience, para peneliti menunjukkan bahwa menghilangkan serotonin pada seluruh insular cortex --wilayah rasa dan rasa sakit di otak--ternyata menghentikan keadaan gaping pada tikus.
Para ilmuwan itu kemudian memberi mereka obat yang mengaktifkan serotonin-3 reseptor dan juga yang bersifat memblok bagian-bagian tertentu dari korteks insular. Mereka menemukan bahwa dalam visceral insular korteks, mengaktifkan serotonin dapat menyebabkan mual. Sementara memblokir bahan kimia otak ini akan mengurangi efek mual.
Banyak obat dan perawatan, seperti kemoterapi, sering kali menyebabkan rasa mual sebagai efek samping. Para peneliti berharap studi ini akan membawa pemahaman yang lebih baik terhadap sensasi ini dan akhirnya mengarah pada cara mengontrol rasa mual.
Dengan mempelajari pikiran tikus, Parker dan teman-temannya menemukan mekanisme pada otak tikus yang bertanggung jawab untuk rasa mual. Meskipun tikus-tikus ini tidak muntah, mereka memiliki reaksi jijik yang dinamakangaping. Ini terjadi ketika mereka mencicipi makanan yang pernah membuat sakit di masa lalu.
Dalam studi yang dipublikasi pekan ini dalamJournal of Neuroscience, para peneliti menunjukkan bahwa menghilangkan serotonin pada seluruh insular cortex --wilayah rasa dan rasa sakit di otak--ternyata menghentikan keadaan gaping pada tikus.
Para ilmuwan itu kemudian memberi mereka obat yang mengaktifkan serotonin-3 reseptor dan juga yang bersifat memblok bagian-bagian tertentu dari korteks insular. Mereka menemukan bahwa dalam visceral insular korteks, mengaktifkan serotonin dapat menyebabkan mual. Sementara memblokir bahan kimia otak ini akan mengurangi efek mual.
Banyak obat dan perawatan, seperti kemoterapi, sering kali menyebabkan rasa mual sebagai efek samping. Para peneliti berharap studi ini akan membawa pemahaman yang lebih baik terhadap sensasi ini dan akhirnya mengarah pada cara mengontrol rasa mual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar