Mengapa
takut konseling ?
Dari
jaman saya sekolah dulu (tahun 90-an.. lama amat ya?) hingga kini, mengapa ya
anak-anak cenderung memilih tidak curhat pada guru BKnya ?
Guru
bimbingan konseling adalah guru yang memiliki tugas, tanggungjawab, dan
wewenang dalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap
siswanya. Hal ini terkait juga dengan pengembangan diri siswa baik pelayanan
terhadap kebutuhannya, potensi, bakat yang dimiliki, minat, serta kepribadian
mereka.
Dulu,
sebagai siswa tentu saja saya tidak tahu tugas guru bimbingan konseling itu
seperti apa. Setahu saya, guru-guru ini hanya akan memanggil siswa yang sedang
mempunyai masalah. Entah itu pelanggaran kedisiplinan dan tata tertib, nilai
jelek, bahkan uang bayaran yang nunggak. Beneran, saya tidak tahu manfaat guru
BK buat saya.
Jadi,
siapapun yang masuk ke ruangan BK, tentu saja saya dan hampir semua siswa pada
saat itu akan beranggapan bahwa dia sedang punya masalah. Cap yang biasa
ditempel adalah : Anak Bandel !
Jaman
sudah lama berlalu, sampai akhirnya saya menjadi guru. Dan tahu tidak,
kebanyakan siswa sekarangpun masih sama dengan siswa tempo doeloe..enggan
menemui guru BK. Apakah karena alasannya masih sama?
Yuk,
kita tengok sejenak :
Pertama,
hampir separuh siswa masih berfikiran bahwa guru BK hanya untuk siswa
bermasalah. Tidak bisa disalahkan memang, kerena siswa yang masuk ke arsip BK
kebanyakan adalah siswa yang memang membutuhkan pelayanan konseling yang
sifatnya mendesak. Padahal, guru BK seharusnya mempunyai pelayanan yang kurang
lebih sama terhadap siswa-siswa yang tidak bermasalah sekalipun karena mereka
juga membutuhkan bimbingan. Berdasarkan pengalaman mengajar, siswa yang
bermasalah berat diawali dengan masalah-masalah kecil yang tidak terselesaikan.
Kedua,
siswa kebanyakan tidak tahu fungsi dan manfaat keberadaan guru BK di sekolah
selain upayanya membantu menyelesaikan masalah.
Ketiga,
jumlah guru BK sangat minim. Ini berdasarkan pemantauan saya pada beberapa
sekolah terutama swasta, di mana jumlahnya yang tidak proporsional dengan
jumlah siswa. Bahkan di sekolah-sekolah swasta kecil, ada yang malah tidak
memiliki guru BK.
Dalam
blognya, Ahmad
Sudrajat menuliskan bahwa beban kerja guru bimbingan dan konseling/konselor
adalah mengampu bimbingan dan konseling paling sedikit 150 (seratus lima puluh)
peserta didik dan paling banyak 250 (dua ratus lima puluh) peserta didik per
tahun pada satu atau lebih satuan pendidikan yang dilaksanakan dalam bentuk
layanan tatap muka terjadwal di kelas untuk layanan klasikal dan/atau di luar
kelas untuk layanan perorangan atau kelompok bagi yang dianggap perlu dan yang
memerlukan. Sedangkan beban kerja guru yang diberi tugas tambahan sebagai
kepala sekolah/madrasah membimbing 40 (empat puluh) peserta didik dan guru yang
diberi tugas tambahan sebagai wakil kepala sekolah/madrasah membimbing 80
(delapan puluh) peserta didik.
Artinya,
sekolah yang kekurangan guru BK akan sangat kesulitan mengatur jadwal bimbingan
dan layanan individual. Biasanya, hanya memberikan layanan klasikal dalam
bentuk ceramah di kelas. Hal ini memungkinkan pemunculan potensi, bakat, dan
minat siswa tidak akan bisa dilaksanakan karena perhatian terhadap siswa secara
individual terbengkalai. Sehingga, penyelesaian masalahpun kerap tidak
bisa dilakukan. Jadilah, masalah-masalah siswa menumpuk menjadi karakter yang
tak diinginkan, semisal mencuri, membangkang, gagal berprestasi, dan
sebagainya.
Seberapa
Pentingkah Guru BK di sekolah ?
Keberadaan
guru BK / konselor tentu saja penting karena banyak aspek dari diri siswa yang
perlu dikembangkan.Aspek-aspekpengembangan tersebut meliputi :
- Pengembangan kehidupan pribadi,
yaitu bidang pelayanan yang membantu siswa memahami serta mampu
menilai bakat dan minatnya sendiri
- Pengembangan kehidupan sosial,
yaitu bidang pelayanan yang membantu siswa dalam memahami dan menilai
serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang
harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat.
- Pengembangan kemampuan belajar,
yaitu bidang pelayanan yang membantu siswa mengembangkan kemampuan belajar
untuk mengikuti pendidikan di sekolah secara mandiri.
- Pengembangan karir, yaitu
bidang pelayanan yang membantu siswa dalam memahami dan menilai informasi,
serta memilih dan mengambil keputusan karir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar